Wednesday, March 8, 2017

Bravo buat para suami yang membantu pekerjaan istri

"Boro-boro mau nyuci piring, mau naro di bak cuci piring aja udah sukur."

Kata si ibu di sela kegiatan mencuci piringnya, membicarakan suaminya.

***

"Mah, kopi mah."

Kata seorang papah gedang memerintah istrinya.

***

Brasa pengen bilang hellaaawwwww ini rumah tangga bos, bukan rumah makan padang.

Jangan bilang saya menyudutkan pihak laki-laki ya. Tapi yang jamak terjadi seperti ini kan?

Adalah merupakan sebuah kekeliruan kalo kalian bilang, melakukan pekerjaan domestik adalah kodrat kami sebagai perempuan.

Baiklah mari kita telaah dan cermati dengan seksama apakah itu kodrat? Kodrat adalah sesuatu yang sifatnya tidak bisa dirubah, karena merupakan pemberian dari Allah. Seperti : perempuan melahirkan, perempuan mampu menyusui.

Pekerjaan domestik seperti mencuci piring, baju menyapu, ngresiki sawang spiderman, masak, itu semua tidak butuh label : pekerjaan laki-laki atau pekerjaan perempuan.

Yang jamak dan seolah biasa saja terjadi itu bukan kodrat, bukan takdir. Tapi gender. Apa sih gender?

Gender adalah pembagian peran kedudukan, dan tugas antara laki-laki dan perempuan ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas sesuai norma-norma, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat.

Ibu identik dengan sapu, gombal, suthil, keberantakan rumah, kerapian rumah, nyebokin anak, mandiin anak dan sebagainya.

Masih kah kau ingat sayang?

Buku pelajaran SD : Ibu memasak dan ayah membaca koran. Jika situasi ini terjadi di era modern, kejadiaannya akan : ibu memasak, ayah main gadget.

Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah dan ayah ongkang ongkang sikil itu sungguh pemikiram jadoel sekali. Kuno. Heloooww pak, iki rongewupitulas, wis ora jamane wong lanang klekaran sing wadon umek neng dapuran.

Adat apa yg hendak dilestarikan disini?
Kebiasaan baik apa yg bisa dipelihara dari ini?

***

Suatu hari dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Madiun, saya duduk bersebelahan dengan bapak-bapak berusia sekitar 60tahunan, sampailah pada cerita tentang kebiasaan rumah.

"Saya gak pernah mbak, nyuruh-nyuruh istri saya mengambilkan makan disediakan di meja makan gitu gak pernah. Kalau memang istri saya lupa dan masih ada di panci diatas kompor, ya saya ambil sendiri."

Beliau melanjutkan

"Kalau malam, saya lihat cucian di dapur masih menumpuk, ya saya cuci. Saya belajar dari bapak mertua saya.

Ah. Hati saya gerimis mendengarnya. Belajar dari bapak mertua. Kebiasaan baik menular jika Allah lembutkan hati seseorang ya, Bu?

Bapak ini gak kongkonan, gak ladenan.

***

Bukan tentang ketidakikhlasan saya menulis ini, tentang kepekaan dan empati Pak.

Jika bapak tau, siklus awal mula istri anda mbesengut dan mecucu itu adalah :

Semua pekerjaan domestik meliputi nyapu, nyuci piring, nyuci baju, membereskan rumah, memasak, memandikan anak, membereskan tempat tidur, bahkan menyiapkan makan untukmu, dia lakukan sendiri

bapak pulang kerja, masih aja kadang ada yg gak sesuai dengan pertanyaan 'anak-anak kok belum mandi?', 'rumah kok berantakan?', 'sayur opo iki, lodeh kok koyo ngene' rasa hati ingin membalang sutil tapi ah sudahlah.

Ibu mecucu

***

Peka-lah pak, berempati-lah pak pada istrimu. Pujilah dia agar mengembang hatinya. Gak usah ditabur baking soda merk Koepoe dan didiamkan bertutupkan gombal. Pasti mengembang hatinya, pak..

Pekalah ketika istrimu kerepotan, ulurkan tangan, tanyalah

"Apa yang perlu dibantu sayang? Perlu tak tumbaskan logam mulia 10 gram?"

Jika diminta tolong menjaga anak, disaat sang istri melakukan hal lain, lakukan dengan sungguh-sungguh pak, ojo mbok sambi main hape ngko anakmu ngglundung bojomu muring-muring.

Jika memang mau minta tolong, gunakan kata 'tolong' dan setelahnya 'terimakasih'. Contoh,

"Sayang, tolong kamu rajin shopping ya, ini duitnya, terimakasih"

Jika terdengar olehmu alunan sutil dan wajan mulai tidak wajar dan tidak ada harmonisasi didalamnya, artinya bojomu uwis kesel masak. Glontangan panci dan wajan itu menunjukkan amarah terpendam pak. Datangi istrimu, peluk dari belakang dan katakan,

"Sayang, kamu kalo lagi masak gini keliatan kaya parah kuin sayang.. "

Gombal ya? Percayalah. Wanita suka digombali. Meskipun dari lambenya terucap kata,

"Alaaah.. Gombal!", sambil mencap mencep.

Tapi hatinya geli geli sumringah mendengarnya pak.

Opo lho pak angele muni "Ya Allah, bojo kok ayumen ngene to deek dekk" karo dijawil jawil pipine. Gawean modal lambe tok wae lho.

***

Di lain waktu saat saya pangkas rambut. Bukan di misbar lho ya. Alias tukang cukur gerimis bubar yang biasanya mangkal di bawah pohon😂

Disela potong memotong rambut, si ibu bercerita, apa saya yang kepo yak, wakakaak~

Tentang ketidaktegaannya, melihat anak laki-lakinya yg sudah berkeluarga, pulang kerja capek-capek masih membantu istri mencuci popok bayi 3 bulannya.

"Saya gak tega mbak lihat anak saya, owalah sebelum nikah aja bajunya saya yang cucikan, udah nikah harus cuci popok anaknya, belum kalau malam gendong anaknya gantian sama istrinya. Jadi ya saya yang gantian gendong sama istrinya"

Ah bu.

Bagaimana jika anak perempuanmu yang harus melakukan itu sendirian bu. Tegakah kamu bu?

Tegakah kamu bu, jika melihat anak perempuanmu bersusah payah mengurus rumahtangganya sendirian tanpa bantuan dari menantumu bu?

Akan kau cap apa menantumu? Ataukah akan tetap kau bela karena memang bukan kewajibannya dan tugasnya sebagai laki-laki mengurus rumahtangga seperti pemikiranmu?

***

Berumahtangga itu untuk saling kan?

Saling menyayangi, saling mengasihi, saling mencintai, saling membantu meringankan beban di pundak, saling membantu meringankan pekerjaan rumah.

Ini lho yang dibilang relationship goal sesungguhnya.

Bukan kaya anak-anak muda di instagram liat pasangan dikasi bunga, relationship goal. Liat pasangan ciuman di hutan pinus, relationship goal. Liat pasangan berlibur keluar negeri, relationship goal.

HALAH HALAAAAHH. Relationship goal opoh.

The true relationship goal adalah saat kita berumahtangga, membentuk peradaban yang lebih baik, memutus mata rantai yang buruk dari pola asuh orangtua kita terdahulu, mencontoh dan mengadaptasi sisi positif dari gaya pengasuhan orangtua kita terdahulu, menjadikan anak-anak kita siap sebelum kita antarkan ke jenjang pernikahan dan membentuk peradabannya sendiri.

***

Kamu Bu, yang memiliki anak perempuan, akan berterimakasih kepada besanmu yang telah mengajarkan hal-hal baik kepada mantumu.

Kamu Pak, yang memiliki anak laki-laki akan bangga telah menjadi contoh yang baik bagaimana berumahtangga seharusnya, mantumu akan sangat berterimakasih padamu.

Bukan warisan melimpah yang bangga kalian berikan, tapi ilmu dan ajaran yang kalian kira sepele ini, inshaAllah akan menjadi amal jariyah kalian pak, bu..

Tidak akan hina kehormatan mu dan jatuh harga dirimu, hanya karena meringankan pekerjaan istri tercintamu..

Salam hormat kepada bapak-bapak yang telah tidak segan dan enggan mengerjakan pekerjaan rumahtangganya.

***

Salam,
Mak Emil

❤Fahmi Aviani Larasati



Ijin Copas yah mbak. Tulisan mbak bagus.

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by YummyLolly.com / Header Butterfly by Pixels + Ice Cream