Thursday, November 24, 2011

Pemberian yang tulus

Ketika saya masih remaja -mungkin waktu itu umur saya masih 13 tahun- saya memperoleh pelajaran yang sangat berharga dari ibu saya. Pelajaran yang takkan terlupakan!
Pada suatu hari, ketika kami sedang berada disebuah toko kecil, saya melihat tiga orang masuk. Nampaknya mereka sekeluarga, terdiri atas seorang ibu beserta anak dan cucunya yang kedua-duanya perempuan. Penampilan mereka rapi. Namun dari pakaian yang sudah using Nampak bahwa hidup mereka tidak bisa dibilang berkecukupan. Mereka berkeliling toko sambil membawa kereta belanja. Dengan seksama mereka memilih barang-barang belanjaan –yang pada umumnya tanpa merek- serta bahan pangan yang diperlukan.

Ketika saya dan Ibu selesai berbelanja, kami menuju ke tempat kasir untuk membayar. Ternyata ketiga orang yang sekeluarga tadi sudah lebih dulu sampai disana. Ada seorang pembeli lain yang menunggu giliran membayar. Pembeli itu berdiri dibelakang mereka dan di depan kami. Sementara saya memperhatikan keluarga itu meletakkan belanjaan mereka satu demi satu di depan kasir, saya mendengar wanita yang paling tua setiap kali menanyakan sudah berapa jumlah yang harus dibayar, karena uang mereka mungkin tidak cukup untuk membayar semuanya. Proses situ memakan waktu, dan orang yang menunggu giliran didepan saya Nampak mulai tidak sabar dan bahkan menggumamkan kata-kata yang saya yakin pasti terdengar oleh ketiga wanita itu. Ketika kasir menjumlahkan semuanya, ternyata uang mereka memang tidak cukup. Karenanya wanita yang paling tua lentas menunjuk berbagai bahan pangan yang terpaksa dikembalikan.

Ibu saya mengmbil dompetnya, mengeluarkan selembar uang dua puluh dolar dan menyodorkannya kepada wanita itu. Wanita itu sangat kaget lalu berkata, “saya tidak bisa menerimanya!” Ibu saya menatapnya dan berkata dengan pelan, “kenapa tidak? Bisa saja, anggap saja ini hadiah. Tidak ada sesuatu pun dalam kereta itu yang tidak sungguh-sungguh Anda perlukan, jadi saya harap Anda sudi menerimanya, “ Setelah mendengar kata-kata Ibu saya, wanita itu menerima uang yang disodorkan itu. Digenggamnya tangan ibu sesaat dan dengan airmata berlinang-linang ia berkata, “Terima kasih banyak. Baru sekali ini saya mengalami ada orang yang murah hati seperti anda.”

Saya masih ingat bahwa saya kemudian meninggalkan toko itu dengan mata berkaca-kaca. Kejadian itu akan senantiasa membekas dalam hati sanubari saya. Soalnya, orangtua saya harus membesarkan enam orang anak dan uang mereka sendiri tidak bisa dibilang banyak, meski sepanjang ingatan saya kami tidak pernah mengalami kekurangan apa pun juga. Saya sangat bahagia karena mewarisi sifat peduli dari ibu saya.Saya juga pernah member dengan perasaan tulus, dan tidak ada perasaan lain yang lebih menyenangkan!


sumber : a cup of chicken soup for the soul

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by YummyLolly.com / Header Butterfly by Pixels + Ice Cream