NHW#5
DESIGN PEMBELAJARAN ala saya
Sejenak throw back ke belakang, Riska kecil entah kenapa bisa dibilang tidak suka belajar. Atau mungkin juga karena saya belum mengetahui cara belajar yang paling nyaman menurut saya. Tetapi ada juga kemungkinan lainnya, yaitu maybe saya tidak menyukai pelajaran eksak seperti matematika, kimia dan fisika. Seperti kita ketahui bersama bahwa pelajaran sekolah di Indonesia kebanyakan adalah pelajaran eksak, bahkan jurusan paling favorit waktu SMA adalah jurusan IPA.
Dulu sekali, waktu kecil awal masuk sekolah dasar, orang tua saya mengikutkan saya kursus bahasa Inggris. That was first time I know and learn english. I was very enjoy and very like it. Even sometimes I studying without my parents ask me to do or i sometimes practicing conversation at home.
When I was junior high school (SMP), i have a good english teacher. He teach us (me and my classmate) : if you want to learn english very well, just practice a lot, say English as second language and the most important thing is when you dont know a word, just write it in a little book. This little book is specially (only) for write that difficult word.
Thats really mean something to me.
When i've something I dont know about English, i really courious. But when I dont know about math, I dont Care. Hehehehe. I just learn math for step up to the higher level.
Unfortunately, when I was senior high school, i choose science major (jurusan IPA) waktu kelas 2 SMA. Actually, my parents suggest it, because science major is the most common major on earth. Jurusan bahasa sangat tidak favorit.
Ada 1 mata pelajaran yang sangat berkesan buat saya, yaitu bahasa jepang (lagi-lagi bahasa). Bahasa Jepang diberikan waktu kelas 1 dan 2 SMA. Saya sangat menikmatinya, mungkin juga karena gaya mengajar guru yang menarik. Bahkan sampai sekarang ada beberapa kata yang saya ingat mengenai bahasa Jepang ini:
Ohaiyo gozaimasu
Ogenki Desuka?
Bahkan menghitung 1 sampai 10 saya masih hapal. Ichi 1. ni 2. san 3. yon 4. go 5. roku 6. nana 7. hachi 8. kyuu 9. Juu 10.
Pernah suatu ketika dimasa SMA, I was in 12 top bottom (with my other classmate) ulangan matematika, dan terancam tidak naik kelas karena nilai eksak tidak memenuhi standar. Kejadian itu memberi rasa jera juga sebenarnya, dan setelah itu nilai mulai membaik namun efeknya cuma sebentar, mungkin karena memang motivasi tidak berasal dari hati. Setelah lulus SMA, atas masukan dari orang tua lah akhirnya saya masuk jurusan kesehatan.
Akhirnya, diposisi ini lah saya sekarang.
Saya bekerja sebagai PNS di suatu RS. Kalau bisa saya sebut, semua atas bimbingan orang tua saya dan atas doa doa mereka yang tidak putus.
Orang tua saya seperti orang tua kebanyakan, yang penting anak sudah bisa kerja dan dianggap mapan meski menjadi karyawan. (Karena kedua orang tua jg PNS).
Saya menyebutnya "takdir".
Iya, sedikit banyak saya sudah menyenangkan hati orang tua saya.
Semoga bisa menjadi ladang amal buat saya sebagai anak yang menurut. Amin.
Namun pertanyaannya, apakah saya sudah bahagia diposisi yang sekarang?
Jawabannya sometimes yes, sometimes no. Saya tidak yakin. Karena saya masih berusaha mencari jati diri.
Sometimes yes = because its the only thing I know for job.
Sometimes no = hey... I think its not my passion.
Sungguh senang rasanya ketika melihat seseorang yang bekerja sesuai dengan passionnya. Hmmm... Its my dream.
I feel like amazing when I know language.
Now I realize something. In parenting, it called : meratakan gunung supaya sama dengan lembah = kemampuan yang sesuai dengan passion yang tidak diasah, disamakan dengan yang lain.
Seharusnya yang benar adalah :
Tinggikan gunung, supaya tidak sama dengan lembah. Artinya yang menjadi bakat dan minat anak (gunung) harus diasah supaya menjadi keahlian. Sedangkan yang bukan minat dan bakat (lembah) tidak diasah tidak apa-apa.
Jadi intinya menurut saya passion saya adalah sesuatu yang berhubungan dengan mempelajari bahasa, terutama bahasa asing karena saya sangat nyaman mempelajarinya. Semoga suatu saat nanti saya bisa mendapatkan kesempatan untuk merubah hidup saya sesuai keinginan saya. Amin.
Ya Allah, jangan sampai hal yang terjadi kepadaku ini terjadi dengan anak-anakku.
Semoga suatu saat nanti mereka bisa menemukan passionnya sebelum mereka dewasa.
Berikan hamba-Mu ini kekuatan dan kemampuan untuk selalu membimbing mereka ke jalan yang benar, menemukan minat dan bakat yang Engkau titipkan kepada mereka ya Allah.
Ammiinn YRA.
Sekian. Terima kasih.
-Riska-
My duo darling, kak Zidan dan dek shanum.
Mama love you both.
Saturday, February 25, 2017
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment