Impian ituuu…
Aku punya impian, aku ingin meraih impianku itu. Aku rasa setiap orang punya impian. Umur manusia tidak ada yang mengetahuinya, menurutku hal itu adalah salah satu alasan bahwa apa yang menjadi impian manusia harus segera diwujudkan. Karena kita gak tau kita dikasih umur panjang ato… pendek.
Kata kakak kandung aku, (mbak agnes monika) setiap orang itu harus punya impian yang setinggi langit. Dengan keyakinan yang penuh dan focus serta disiplin, yakinlah impianmu bakalan segera terwujud. Bisa dilihat sekarang mbak agnes mulai go internasional setelah beberapa tahun gembar-gembor gak ada juntrungannya dan di sindir sana-sini. Kalo dibidang akademik, aku inget ada mata kuliah mengenai manajemen. Di bidang apapun, baik bidang manajemen kesehatan atau perusahaan, harus ada visi dan misi. Sebenarnya apa sih visi dan misi itu? Hmmm, aku juga lupa. Maaf yah, cari sendiri di buku ato di gugel.. Hehhe :p
Oke baiklah, mengenai visi dan misi, mungkin aku dapat memberikan gambaran sedikit. Visi adalah apa yang ada di kepala atau niatan awal atau tujuan yang ingin dicapai sejak awal. Sedangkan misi adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencapai visi. Aku inget dosenku pernah mencontohkan 2 orang pengusaha yang sama-sama berdagang ayam goreng.
Pedagang 1(bang toyib): berdagang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Pedagang 2 (bang sodeq): berdagang dengan tujuan bahwa tokonya suatu saat nanti harus menjadi toko ayam goreng yang paling top di wilayahnya.
Dilihat dari kedua contoh diatas, dapatkah kalian lihat bedanya?? Coba pikir sebentar deh (mikirnya tentu jangan pake dengkul). …………..pass??
Kedua pedagang tersebut memiliki konsep atau cara dagang yang berbeda. Itu artinya bahwa visi yang ada di dalam kepala kedua pedagang tersebut berbeda. Karena visi atau tujuan yang ingin dicapai berbeda, maka usaha yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut juga berbeda. Kalau tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tentunya usaha yang dilakukan bang toyip tidak sebesar bang sodeq yang ingin tokonya menjadi toko yang paling top markotop, enak bambang gulindang. Semakin besar impian seseorang, harusnya diiimbangi dengan usaha yang besar pula. Misalnya kedua pedagang tersebut sama-sama berangkat dari berjualan dengan rombong, maka tidak heran misal pada beberapa tahun kemudian bang sodeq akan mempunyai resto (atau mungkin malah punya beberapa cabang). Hal tersebut menjawab pertanyaan mengapa pedagang nasi goreng, tahu tek, bakso atau pangsit mi selamanya terus berdagang pake rombong. Mungkin memang ada beberapa hal yang mempengaruhi, tapi mungkin juga karena mereka punya sifat seperti bang toyip, yang tidak punya keinginan untuk mengembangkan usahanya. Yang menjadi motto mereka adalah “wes laku ae untung, yang penting dapur tetep mengepul”.
Aku ini jahat banget ya kalo bilang bahwa tipe seperti bang toyip tidak punya keinginan untuk mengembangkan usaha? Yup bener, jahat banget. Tentunya setiap pelaku wirausaha punya lah keinginan seperti itu,atau setidaknya terbesit. Biasanya, wirausahawan/wati tidak melakukan pengembangan usaha karena banyak hal yang menjadi kendala:
1. Masalah yang utama dan yang paling klise adalah mengenai dana/modal. Sebenarnya untuk masalah yang satu ini bisa diatasi asalkan tak ada kata putus asa. Jaman sekarang sudah banyak agen2 yang melayani peminjaman uang (dengan jaminan BPKB atau ijasah S1, ijasah D3 gak terima bok!). kalau tidak ingin terlalu berisiko yah mestinya bisa dilakukan dengan cara lain, seperti menabung atau pinjem pada keluarga. Menurutku itu risikonya lebih minim.
2. Tidak mengerti manajemen ataupun cara untuk melakukan pengembangan usaha. Pengembangan usaha mutlak dilakukan untuk menghindari kejenuhan dari pelanggan. Inget kan dulu pas SMA di ekonomi diajarkan teori gozzen (kalo gak salah sih), bahwa gelas pertama saat orang haus terasa sangat menyegarkan, tetapi ketika minum terus sampai gelas ke empat dan kelima sensasinya sudah hilang. Minuman yang tadinya terasa segar, lama-lama jadi sengak. Haha. Kembali ke topic, melakukan pengembangan usaha tentunya bukan tidak ada resikonya. Inovasi-inovasi baru mempunyai 2 resiko: disukai pelanggan dan tidak disukai pelanggan. Untuk mengetahui hal-hal seperti itu, seharusnya dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu. Untuk operasionalnya seperti apa, jujur saja aku kurang menguasai. Silahkan cari di buku. :p
3. Takut ambil resiko (rugi), karena sudah pernah merasakan sehingga jadi sedikit trauma ataupun belum pernah rugi tapi mendengarkan cerita dari teman-teman dan sahabat yang pernah rugi usahanya. Untuk masalah yang satu ini, ide yang bisa saya usulkan adalah menjadi makelar atau perantara. Sepertinya hal ini sekarang lagi trend (kalo aku agak sotoy, harap maklum lah). Ato bagi kamu yang punya bakat desain, belajar aja creativepreneur (keren gitu namanya). Kalo ada yang minta desain baru dibuatkan. Resiko kerugian bisa minim deh kalo gitu. Tetapi bagaimanapun, seharusnya seorang wirausaha harusnya punya jiwa-jiwa yang berani menanggung resiko, baik untung maupun rugi.
4. faktor x (faktor lain-lain diluar ketiga faktor diatas). Faktor ini hanya Allah yang tahu.
Hmmmmm….. Mungkin dari ceritaku diatas kalian mengira bahwa aku pengusaha yang sukses dan punya cabang dimana-mana karena malang melintang di dunia wirausaha sudah cukup lama. Hahhahhha (ge er),… ternyata anda salah besar. TERNYATA SAYA HANYA BISA BERTEORI.
Piss!!
Sunday, May 13, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment